Keluarga sahabat rosul yakni antara Sayyidina Ali dan Sayyidah Fathimah mungkin menjadi salah satu contoh keluarga yang sempurna dan teladan bagi semua umat muslim, seperti diketahui bahwa Fatimah merupakan putri paling kecil dari Baginda Rasulullah SAW dan istrinya Khadijah binti Khuwailid. Sedangkan Sayyidina Ali sendiri bukanlah orang jauh Rosul di mana ayahnya sendiri yakni Abu Thalib merupakan paman beliau yang telah mengasuh Rosul sejak kecil. Pada saat mereka menikah pun kondisi Ali saat itu bukanlah laki – laki dengan harta yang banyak bahkan diceritakan jika Ali menikahi Fatimah hanya dengan menggunakan maskawin berupa baju perangnya yang merupakan satu – satunya harta yang dimiliki Ali,
Ia juga memberikan seperangkat senjata yang ia miliki sebagai maskawinnya tersebut. Dari sini saja bisa kita nilai bahwa keadaan pernikahan keduanya memang sangat sederhana dan tidak memiliki kado pernikahan mewah mengingat saat itu tidak ada harta berharga lainnya yang bisa dijadikan sebagai maskawin pernikahan Ali dengan Fathimah, tapi tak hanya itu saja yang membuat kedua pasangan tersebut begitu istimewa, cerita dari awal hingga akhirnya terbentuk Rumah tangga Sayyidina Ali dan Sayyidah Fathimah pun memiliki kisah sendiri yang menarik untuk diketahui.
Awal Mula Kisah Cinta dari Sayyidina Ali dan Sayyidah Fathimah
Semua kisah cinta berawal dari Ali, saat itu di mana Fatimah sedang membasuh dan mengobati luka bekas perang sang ayah yakni Rosulullah SAW. Luka parah itu dengan sigap ditangani langsung oleh Fatimah dan momen inilah yang kemudian membuat Ali benar – benar terketuk hatinya, ia merasa ada yang berbeda antara Fatimah dan perempuan kebanyakan di sana saat itu. Dari sinilah semua bermula, Ali pun kemudian bertekad agar ia bisa melamar putri Rosul tersebut, hal ini juga yang membuatnya sangat rajin bekerja dan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit demi memenuhi mahar atau maskawin untuk menikahi Fatimah.
Namun disayangkan justru di saat Ali sedang berusaha mewujudkan impiannya tersebut malah justru Fatimah terlanjur dilamar oleh Abu Bakar yang sekaligus juga merupakan sahabat Rosul. Hari Ali pun hancur seketika setelah mendengar kabar tersebut, ia juga menyadari bahwa jika dibandingkan dengan Abu Bakar maka dirinya bukanlah apa – apa pasalnya Abu Bakar dianggapnya memiliki kualitas iman dan islam yang jauh lebih baik darinya. Selain itu, Ali juga dikenal sebagai pejuang Islam yang sekaligus juga terkenal miskinnya.
Tapi beruntungnya Ali karena kisah pilunya itu tak lama berlangsung, sebab Fatimah ternyata menolak lamaran Abu Bakar. Lalu apakah Ali langsung bisa menikahi Fatimah? tentu tidak, karena ternyata lamaran lain juga kembali datang namun kali ini dari Umar bin Khatab yang merupakan orang dekat Rosul. Lantas apakah mereka kemudian menikah? Tidak juga, sebab Umar pun juga mengalami nasib yang sama dengan Abu Bakar di mana lamarannya itu ditolak oleh Fatimah, Ali pun mulai ceria kembali dan mulai mengumpulkan hartanya lagi demi mendapatkan Fatimah.
Sempat Kurang Percaya Diri dalam Asmaranya
Meski ia memiliki semangat yang besar untuk dapat mengumpulkan harta namun ia masih belum berani untuk dapat menyatakan keinginannya tersebut pada Rosul, karena bagaimana pun juga ia sadar bahwa dirinya bukanlah apa – apa jika dibandingkan dengan laki – laki lainnya yang telah datang lebih dulu melamar Fatimah. hingga pada suatu saat Ali berkata pada Abu Bakar As Sidiq mengenai apa yang telah terjadi di mana ia mengaku sangat menginginkan Fatimah namun ia pun sadar bahwasanya ia tak memiliki apa – apa dan inilah yang menjadi penghalang baginya, namun apa yang dikatakan Ali tersebut membuat Abu Bakar terharu hingga ia pun mengatakan bahwa bagi Allah dan RosulNYA semua isi di dunia ini hanyalah seperti debu belaka. Ucapan Abu Bakar itu pun langsung mengembalikan semangat dan rasa percaya diri Ali, dengan ditambah dukungan dari orang di sekelilingnya akhirnya Ali mulai memberanikan diri untuk berjumlah dengan Rasulullah.
Menurut HR Ummu Salamah, dikisahkan saat itu Rosul terlihat berseri – seri dan sembari tersenyum beliau bertanya kepada Ali “Wahai Ali, apakah kau memiliki suatu bekal sebagai maskawin?”. Ali pun menjawab pertanyaan tersebut dengan sangat polos “Demi Allah. Engkau pasti sudah mengetahui keadaanku ini, tidak ada sesuatu yang berharga dari apa yang ku miliki. Aku tidak memiliki apapun kecuali sebuah baju perang, sebilah pedang dan seekor unta”.
Akhir yang Indah dan Penuh Cinta
Setelah jawaban dari Ali tadi kemudian Rosul pun menjawabnya dengan sangat mengejutkan “Untuk pedangmu itu pasti kau akan tetap membutuhkannya demi perjuangan di jalan Allah. Sementara untamu itu juga nantinya akan sangat kau butuhkan saat mengambil air untuk keluargamu dan akan sangat kau butuhkan saat perjalanan jauh. Oleh sebab itu, aku akan menikahkanmu hanya dengan maskawin sebuah baju perang saja. aku sudah puas dengan barang itu. Wahai Ali, kau wajib bergembira karena Allah sebenarnya telah terlebih dahulu menikahkanmu dengan Fatimah di langit sana jauh sebelum aku menikahkanmu di bumi ini!” jawab Rosul dengan bijak.
Tak lama dari itu maka menikahlah mereka berdua, Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah dengan penuh hikmah, bertabur kegembiraan meski di atas kemiskinan yang ia hadapi.