Tren dalam berpakaian senantiasa silih berganti era demi era, tahun demi tahun dan dari generasi ke generasi berikutnya. Namun, hal ini belum berlaku bagi salah satu jenis pakaian yang tetap eksis hingga sekarang. Pakaian tersebut adalah pakaian dengan bahan dasar kulit. Dahulu pakaian kulit bertengger sendiri bersaing dengan pakaian dengan berbahan dasar kain. Namun seiring berkembangnya teknologi telah hadir pesaing baru berupa kulit sintesis atau buatan. Adanya kulit sintesis ini merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi kelangkaan sumber daya. Pakaian dengan model rompi telah eksis dari dulu hingga sekarang. Terdapat banyak variasi model dan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan rompi. Salah satu bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan rompi adalah bahan kulit alami dan sintesis.
Perbandingan Kulit Asli Dan Sintesis
Penggunaan kulit alami sebagai bahan dasar dalam pembuatan pakaian jenis rompi ini pada awalnya digunakan agar menahan angin ketika berkendara. Seiring berkembangnya gaya dalam berpakaian, perlahan rompi digunakan sebagai aksesoris. Rompi dengan bahan dasar kulit ini pada umumnya digunakan oleh para pengguna sepeda motor agar terlihat modis mengikuti perkembangan zaman namun tidak meninggalkan fungsi utamanya dalam menahan gempuran dinginnya cuaca baik siang maupun malam hari.
Setelah sekian lama kulit asli menjadi primadona bagi pengendara sepeda motor, disebabkan oleh perkembangan teknologi maka hadirlah kulit sintesis yang pada awalnya digunakan sebagai terobosan dalam mengatasi sumber daya yang terbatas. Selain untuk mengatasi terbatasnya sumber daya. Hadirnya rompi sintesis juga merupakan kabar baik bagi pengendara sepeda motor karena harga rompi kulit sintesis lebih terjangkau jika dibandingkan dengan kulit asli. Meskipun hanya kulit sintesis, rompi ini tetap mampu bersaing dengan kulit asli dengan kapasitasnya yang mampu menampilkan berbagai warna yang tidak dapat disajikan jika dibandingkan dengan kulit asli. Rompi berbahan dasar kulit sintesis memiliki bebapa kekurangan diantaranya adalah tidak tahan lama, mudah rusak serta kaku. Hal ini tentu berbeda dengan kulit asli yang lebih tahan lama dan awet meskipun memiliki warna yang cenderung terbatas.